Kanit UPTD Dikbud Montong Gading Dituding Arogan Pada Guru & Siswa TK THS
Photo : IlustrasiLOMBOK TIMUR NTB Nusrapost.com -- Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kecamatan Montong Gading Lombok Timur, dituding arogan pada tenaga pendidik dan siswa-siswi Sekolah Taman Kanak-kanak Tunas Harapan Syari'ah (THS), di Dusun Bangle Desa Pesanggrahan Kecamatan Setempat.
Sifat arogan sang kanit itu, dibuktikan dengan tindakannya saat datang membubarkan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung pada sekolah pada Selasa (27/7) yang lalu. Padahal dilihat dari fungsinya, sebagai lembaga yang terus menjalankan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan, dengan mengimplementasikan peraturan di tingkat kecamatan, hal demikian tidak semestinya terjadi.
"Ini siy, terkait Prokes alasannya tapi cara penyampiannya tidak tepat. Dia marah-marah dan membuat para guru serta anak didik kami ketakutan. Kalau salah, Kan bisa diberikan surat peringatan (SP)," Ungkap Sarni Ketua Yayasan Pendidikan Taman Kanak-Kanak Tunas Harapan Syariah (TK-THS) saat ditemui dirumahnya Kamis (5/8).
Lanjut diceritakan, kejadian arogansi tersebut bermula saat Ia hendak pergi menjalankan aktifitas lain diluar rumah, Namun karena melihat anak didiknya yang banyak pulang sebelum waktunya sontak membuatnya penasaran dan bertanya pada salah seorang Anak didiknya yang jalan bersama orangtuanya. Dari jawaban itu, Ia kemudian terkejut, sebab mereka meninggalkan sekolah atas dugaan dibubarin oleh oknum pemegang kebijakan.
Mendengar informasi itu, Ia langsung bergegas ke sekolah yang tidak jauh dari rumahnya sambil membuat video pendek saat anak didiknya dibubarkan. Sesampainya di sekolah Ia menemukan Kepala UPTD tersebut tengah marah-marah sama guru-guru TK tanpa menghiraukan keberadaanya dibelakang.
"Sampailah ada bahasa pengancaman yang keluar dari mulutnya yakni kalau "tetap seperti ini izinnya saya cabut, NPSM nya saya cabut. Itu di ucapkan berulang-ulang kali oleh kepala UPTD, kata Sarni sembari melanjutkan ceritanya.
Dari informasi yang didapatkannya juga, Sebelum kejadian, menurut wali murid dan guru lanjut Sarni, oknum UPTD itu, marah marah dan meminta sekolah untuk tetap bubar, sehingga dari kalimat itulah mengakibatkan peserta didik dan wali murid trauma sampai ada yang tidak berani masuk belajar seperti biasa lagi.
Akhirnya dari apa yang terjadi pada lembaga yang Ia pimpin, Ia (Sarni) kemudian menghadap pada dinas pendidikan Kabupaten untuk memperjelas aturan pembelajaran yang tengah diterapkan. Namun sebelum itu, guna memastikan tindakan belajar mengajar yang dijalankan sama dengan lembaga pendidikan lain diwilayah tersebut Ia berkeliling kebeberapa sekolah ,dan menemukan proses belajar yang diterapkannya sama dengan yang lain sesuai dengan standar yang dikelurkan kabupaten.
"Ternyata setelah saya cek sekolah Al-kamal, PGRI Keluncing, Bendung dan Pringgajurang ternyata penerapannya sama tidak ada bedanya," Jelasnya.
Lebih jauh di terangkan Bapak satu anak itu, setelah Ia menghadap, aturan dalam proses pembelajaran ditengah pandemi covid-19 yang dijalankannya ternyata tidak ada salah. Sehingga atas apa yang terjadi, pihaknya berani memastikan bahwa insfeksi mendadak (Sidak) yanh dilakukan kepala unit tersebut salah. Sebab dalam menjalankan sidak tambah sarni sembari meniru kata kepala dinas, Pihak dinas turun bersama Tim bukan perorangan.
"Kalau perorangan kesannya beda. Dan tidak di bolehkan seorang pimpinan untuk marah-marah tetapi lebih mengedepankan langkah-langkah pembinaan. Apalagi pada lembaga Taman kanak-kanak,"Tutupnya.
Sampai berita ini dinaikkan Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kecamatan Montong Gading Ardian Ansari, belum memberikan tanggapan, walau sempat dihubungi melalui saluran handphone tetapi nomernya tidak aktif. (np)
Post a Comment