Faktor Pendukung Gaya Komunikasi Politik Kepala Desa Darmasari Periode 2018-2024 Dalam Mendapatkan Simpati Masyarakat
Penulis : Daeng Sani Ferdiansyah Dosen Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor Lombok Timur |
Tulisan ini adalah lanjutan dari artikel sebelumnya yang berjudul "Gaya Komunikasi Kepala Desa Darmasari Periode 2018-2024"
Berikut Faktor-faktor pendukung kepala desa Darmasari dalam mendapatkan rasa simpati dari masyarakat di desanya yaitu:
1. Faktor kewibawaan
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, karena dengan faktor tersebut seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain, baik secara perorangan maupun kelompok sehingga bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin (Reza, 2013).
Kepala Desa Darmasari dikenal sebagai sosok pemimpin yang dekat dengan warganya, karena sifatnya yang ramah, murah senyum, penyabar, dan suka berbaur dengan warganya, seperti yang diungkapkan oleh Habibulloh (2021) bahwa:
“Selama saya menjabat menjadi Sekretaris Desa di sini, saya tidak pernah tau dan tidak pernah mendengar beliau menggunakan komunikasi yang keras, artinya di sini beliau selalu menggunakan bahasa yang lemah lembut lebih-lebih ketika sedang berbicara di depan warga. Adapun di sini juga ketika ada kinerja yang tidak sesuai dari keinginan beliau, beliau tidak pernah memarahi kami dengan bahasa-bahasa yang terbilang keras. Namun, beliau memeperingati kami dengan lemah lembut”.
Dalam hal ini, ditambahkan oleh seorang warga yang saya wawancara di acara penguburan salah satu warga di Desa Darmasari dan pada saat itu kebetulan kepala desa sedang memberikan sambutan-sambutan selaku pemerintah Desa Darmasari, seperti yang diungkapkan oleh Rehan (2021) bahwa:
“Pak kepala desa ini kalau berbicara di depan, seperti sekarang selalu menyampaikan hal-hal yang bermanfaat untuk kami selaku warga di sini dan selama saya tau beliau menjadi kepala desa tidak pernah yang namanya menggunakan nada yang keras ketika berbicara terhadap sesama, entah itu didepan umum maupun ketika bertemu dijalan, seperti saat vaksin di desa dan saat pemberian bantuan di desa dulu yang namanya masyarakat pasti ada yang memperhatikan dan ada yang tidak ketika ada arahan-arahan yang disampaikan saat itu. Namun, pada saat itu beliau selalu sabar dan menegur kami yang tidak memperhatikan arahan dengan bahasa yang halus dan sopan”.
Menjadi seorang pemimpin yang baik tentunya harus memiliki jiwa kepedulian yang tinggi untuk melayani masyarakat demi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat di desa. Hal ini, sudah tergambar dari sosok Kepala Desa Darmasari yang mempunyai sifat kepedulian yang tinggi, sosok yang sederhana, dan mau berbaur dengan masyarakat yang membuat kewibawaan sebagai seorang kepala desa menjadi baik dimata masyarakat.
2. Faktor hubungan
Faktor hubungan merupakan salah satu faktor pendukung kepala desa untuk mendapatkan simpati dari masyarakat. Beliau adalah sosok pemimpin yang dekat dengan warganya, bahkan setiap ada kegiatan sosial dan keagamaan, seperti gotong royong dan ketika ada zikiran, Kepala Desa selalu duduk berbaur dan berkomunikasi dengan warganya. Dari tindakan yang beliau lakukan tersebut menimbulkan sebuah feedback, yaitu timbulnya rasa kepercayaan dan simpati masyarakatnya terhadap segala bentuk komunikasi yang beliau sampaikan.
Kepercayaan merupakan elemen yang mendasar dalam kepemimpinan. Oleh karena itu, kepemimpinan berkaitan erat dengan kepercayaan. Pada kepemimpinan, kepercayaan berperan dalam perilaku bawahan dan masyarakat, kepercayaan terhadap pemimpin memiliki hubungan positif terhadap berbagai hasil, seperti perilaku kinerja, kepuasan, dan semakin besar kepercayaan antara pemimpin dan bawahannya, maka pertukaran informasi semakin akurat, pemahaman tujuan kinerja semakin baik, dan kualitas komunikasi yang berkembang semakin tinggi (Aidina & Prihatsanti, 2018).
Sebagai seorang kepala desa tentunya tidak bisa terlepas dari cara membangun sebuah hubungan dengan masyarakat banyak. Hal ini, tentunya bisa menjadi salah satu faktor dan berpengaruh penting untuk menjadi pendukung dalam gaya komunikasi yang dilakukan. Dalam hal ini, kepala desa mengaku bahwa tentu yang namanya politik ada pihak A dan pihak B, ada rival ada kawan. Namun, jika sudah menjadi pemimpin sebaiknya untuk membangun sebuah hubungan jangan memandang itu rival atau bukan, hal ini diperjelas melalui ungkapan Muksin (2021) bahwa:
“Setelah saya dilantik menjadi kepala desa pada tahun 2018, saya semakin giat lagi untuk berbuat dan melakukan pembenahan-pembenahan terhadap masyarakat di Desa Darmasari ini dan perlu diingat di sini bahwa ketika saya sudah menjabat, saya tidak pernah dan bahkan saya anggap tidak perlu sebagai pemimpin berpikir bahwa ini atau itu yang memilih saya, karena sebagai seorang pemimpin kita mengemban amanah untuk mensejahterakan masyarakat tanpa memandang apapun itu dan sebagai kepala desa yang terpilih saya harus berpikir luas, artinya di sini saya tidak harus berpikir bahwa ini keluarga saya atau ini yang mendukung saya, semuanya sama rata saya lihat baik itu yang memilih saya ataupun yang tidak memilih saya, entah itu juga rival saya yang namanya menjadi pemimpin harus bisa menjalin komunikasi yang baik terhadap masyarakatnya baik itu pendukung saya maupun yang tidak mendukung saya”.
Sebagai seorang pemimpin sepatutnya bisa bersikap adil terhadap sesama, apalagi jika sudah terpilih dan diberikan amanah semestinya tidak bersikap berat sebelah dan bisa menimbulkan kecemburuan dilain pihak dengan cara memprioritaskan yang pro dan dianggap sebagai yang memihak terhadap diri mereka sendiri. Karena bagaimanapun nilai seorang pemimpin dilihat dari seberapa hebat dia membangun sebuah hubungan yang baik.
(Bersambung-np)
Penulis : Daeng Sani Ferdiansyah Dosen Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor Lombok Timur
Post a Comment