Faktor Penghambat Gaya Komunikasi Politik Kepala Desa Darmasari Periode 2018-2024 Dalam Mendapatkan Simpati Masyarakat
Penulis : Daeng Sani Ferdiansyah Dosen Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor Lombok Timur |
Tulisan ini lanjutan dari artikel sebelumnya.
Adapun faktor-faktor penghambat komunikasi Politik kepala desa Darmasari Kecamatan Sikur Lombok Timur dalam mendapatkan simpati masyarakat yaitu:
1. Faktor tingkat pemahaman masyarakat
Masih minimnya pemahaman tentang struktur pengadaan fasilitas-fasilitas umum di suatu wilayah, sebagian masyarakat Desa Darmasari merupakan masyarakat yang basis kultural di mana pemahaman yang dimiliki baru hanya mengetahui bahwa segala fasilitas-fasilitas umum bisa langsung dikerjakan dengan pendanaan dari dana desa tanpa tau struktur dan mekanisme agar bisa berjalannya sebuah program pengadaan fasilitas-fasilitas umum.
Masyarakat sudah semestinya sangat beragam, terlebih lagi di sebuah desa yang jauh dari hingar perkotaan untuk pemahaman dan pengetahuan masyarakat pastinya berbeda-beda dan bisa sangat berpengaruh terhadap kegiatan atau gaya komunikasi yang dilakukan.
Dalam hal ini, Habibullah (2021) mengatakan bahwa selaku sekretaris desa terpilih tidak ada bentuk yang terlalu mencolok terkait hambatan-hambatan kepala desa dalam berkomunikasi dengan warganya, dan sekarang hubungan dan jalinan komunikasi kepala desa dengan masyarakatnya semakin dekat. Namun,memang kita tidak bisa terlepas dari keberagaman masyarakat, bermacam-macam sifat, watak, pengetahuan, dan perilaku. Masyarakat yang masih menganggap bahwa ketika mereka meminta untuk dibuatkan fasilitas seperti jalan oleh pemerintah desa terkait, maka mereka berpikir akan terlaksana dengan mudah. Mereka tidak mengetahui ada regulasi yang harus dilalui sehingga proyek pembuatan fasilitas umum seperti jalan bisa terlaksana.
Tingkat pemahaman masyarakat terkait struktural atau regulasi pengerjaan suatu proyek desa menjadi faktor penghambat bagi kepala desa, karena dengan kurangnya pemahaman masyarakat terkait masalah tersebut,maka akan nantinya bisa-bisa menimbulkan sebuah pemikiran-pemikiran yang negatif terhadap pemerintah desa dan lebih-lebih terhadap kepala desa.
Terkait faktor tingkat pengetahuan masyarakat, Muksin (2021) juga mengatakan bahwa:
“Sebelum saya menjabat dulu ada namanya program sekolah tua yang di mana kegiatan ini berorientasi pada kegiatan belajar untuk para orang tua yang dari segi pendidikannya masih dianggap kurang. Adapun tujuan utama dibuatnya kegiatan sekolah tua ini tidak lain tentunya agar mengurangi populasi masyarakat yang kurang dalam pengetahuan dasar dan buta huruf, tentunya sampai sekarang kegiatan tersebut masih berjalan dalam periode kepemimpinan saya,dari kegiatan ini juga saya berpesan untuk para pengajar yang sudah diberikan tugas untuk mengajar supaya memberikan pengajaran yang selayaknya terhadap masyarakat,dan juga jika ada yang bertanya mengenai program-program bantuan desa silahkan dijelaskan terhadap masyarakat agar apa yang mereka masih belum pahami tersebut bisa mereka ketahui. Saya berharap dengan terselenggaranya kegiatan tersebut dari dulu sampai sekarang bisa meminimalisir masyarakat yang masih kurang dalam pengetahuan dasar, buta huruf, dan tentunya sebagai salah satu langkah sosialisasi pemerintah desa”.
Dari tingkat pengetahuan masyarakat yang beragam, muncul sebuah program pemberdayaan yang diteruskan selama masa pemerintahan kepala desa terdahulu sampai masa pemerintahan yang sekarang, yang di mana niatan utamanya adalah untuk mengurangi populasi masyarakat yang masih kurang dalam pengetahuan dasar,buta huruf, dan digunakan oleh kepala desa yang sekarang sebagai salah satu wadah untuk masyarakat agar bisa menyampaikan pertanyaan-pertanyaan terkait program bantuan di Desa Darmasari.
1. Faktor emosional
Ada bermacam-macam faktor emosional yang dampaknya dimulai dari beberapa hal, seperti banyaknya pikiran dan sebagainya. Seringkali emosional tidak bisa dikendalikan akibat banyaknya pikiran terkait beberapa hal yang belum terselesaikan dan bentuk-bentuk emosionalpun beragam mulai dari dengan marah-marah, lupa akan sesuatu, dan sebagainya, sebagai seorang pemimpin tentunya tidak terlepas dari banyaknya pikiran terkait program-program yang belum terealisasi. Terkait faktor emosional yang dimaksudkan disini dijelaskan oleh Kholifaturrosidi (2021) bahwa:
“Yang namanya program struktural tentunya kita tidak bisa terlepas dari yang namanya hambatan-hambatan.Namun, di sini bentuk hambatanhambatan tersebut tidaklah terlalu banyak yang saya temukan dan dialami oleh pak kepala desa di sini. Namun, terkadang pernah pak kepala desa di sini sering tiba-tiba memberikan atau menyuruh bawahannya untuk membuat ini dan itu tanpa sepengetahuan kepala dusun, ketua RT, dan sebagainya, karena seharusnya jika membuat atau mengadakan sebuah program desa tentunya harus melalui musyawarah dulu terhadap seluruh jajaran kepemerintahan beliau. Namun, pak kepala desa lakukan tentunya semata-mata untuk masyarakat Desa Darmasari itu sendiri, tapi mungkin beliau saat itu sedang banyak pikiran mungkin makanya lupa akan struktural yang seharusnya”.
Kholifaturrosidi (2021) juga menambahkan bahwa: Pernah juga kemarin saat ada kegiatan vaksinasi di desa, sebelum itu pak kepala desa mengumumkan hal yang saya rasa tidak perlu untuk diumumkan terhadap masyarakat di Desa Darmasari, dikarenakan dari pengumuman tersebut nantinya saya rasa akan menimbulkan dampak yang kurang baik terhadap beliau dan tentunya paling besar dampaknya terhadap diri saya pribadi. Beliau dalam pengumumannya tersebut mengatakan jika ada warga yang belum divaksin maka tidak akan mendapat bantuan dan yang sudah di vaksin akan mendapatkan program bantuan dari desa jika sudah di vaksin, dengan pengumuman seperti itu, saya sebagai kasi kesejahteraan masyarakat tentunya akan banyak diserang dengan pertanyaan dari masyarakat nantinya terkait isi pengumuman beliau tersebut. Tetapi terlepas dari itu saya juga selaku bawahan beliau berpikiran bahwa mungkin beliau berpikiran dengan cara tersebut bisa menarik minat masyarakat terkait kesehatan mereka untuk mau di vaksin, tetapi tentunya beliau mungkin belum memikirkan dampak kedepannnya nanti akan seperti apa”.
Tentunya menjadi seorang kepala pemerintahan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, walaupun bisa memerintah dan menyuruh tentunya seorang kepala pemerintahan tidak bisa terlepas dari bawahannya dan juga masyarakatnya. Bisa berjalannya sebuah kepemerintahan tentunya harus bisa menjalin dan membangun sebuah komunikasi yang baik terhadap sesama,karena dengan demikian segala bentuk kepemerintahan akan berjalan sesuai prosedur dan tidak akan menimbulkan masalah nantinya. Dengan membangun sebuah relasi dan membangun hubungan emosional terhadap beberapa pihak tentunya seorang pemimpin tidak bisa terlepas dari banyaknya beban pikiran yang ada, terlepas dari itu akan menimbulkan beberapa kegiatan atau perilaku yang seharusnya tidak perlu untuk dilakukan, terlebih oleh seorang kepala pemerintahan.
Maka dari itu, seorang pemimpin atau kepala pemerintahan tidak bisa bekerja secara individual melainkan seorang pemimpin masih membutuhkan orang lain atau bawahannya untuk membantu segala bentuk program kegiatan dan visi misi yang dia cetuskan sebelum menjabat menjadi kepala pemerintahan.
Penulis : Daeng Sani Ferdiansyah Dosen Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor Lombok Timur
Post a Comment