Mendagri: Pantau Inflasi Daerah
Lombok Timur Nusrapost.com -- Pertumbuhan
ekonomi nasional ditentukan dari hasil kerja Pemerintah Pusat dan semua
pemerintahan di daerah. Karena itu 37 Provinsi dan 416 kabupaten diharapkan
dapat bekerja secara paralel.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih pada angka
positif yaitu 5,72 pada kuartal ke-3. Hal ini menunjukkan tren positif
mengingat banyak negara pertumbuhan ekonominya di bawah lima persen. Sementara
itu inflasi Oktober juga berada pada angka 5,71%, turun dari posisi 5,95% pada
September,”ungkapkan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian
sewaktu memimpin Rakornas Inflasi Daerah yang berlangsung secara
virtual, Senin (21/11).
Terkait inflasi Ia
memerintahkan agar Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian, serta
TNI dan Polri agar tetap memantau angka-angka inflasi di masing-masing
daerah dan meminta Pemda melakukan upaya pengendalian, “Tolong setiap
daerah membuat terobosan semaksimal mungkin dan berkolaborasi dengan
stakeholder yang ada,” ujarnya. Ia meminta dana Belanja tidak terduga
(BTT) dan Bansos dapat segera dicairkan. Demikian pula dengan serapan APBD yang
harus ditingkatkan, mengingat tahun anggaran 2022 akan segera berakhir.
Diingatkan pula musim penghujan yang dapat
menghambat dalam distribusi maupun produksi. Karena itu dibutuhkan antisipasi
dengan memanfaatkan aset yang tersedia. Lebih lanjut Mendagri juga
mengingatkan persiapan natal dan tahun baru agar terus melakukan
pemantauan stok/pasokan barang kebutuhan pokok secara intensif di pelaku usaha
wilayah masing-masing, terutama distributor dan ritel modern.
Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan
Keamanan Pangan, Badan Pangan Nasional Andriko Noto
Susanto pada kesempatan itu memaparkan kebijakan stabilisasi pasokan
dan harga pangan serta aksi pengendalian inflasi badan pangan nasional. Ia
menyampaikan bahwa beras menjadi kontributor tertinggi terhadap inflasi pangan
nasional. Hal tersebut perlu menjadi perhatian
bersama, baik Pemerintah Pusat maupun Pemda karena tren
peningkatan harga beras telah terjadi sejak Juli lalu.
Terkait hal itu Menteri Pertanian Syahrul Yasin
Limpo membantah produksi maupun ketersediaan sebagai penyebab kenaikan
harga beras. Ia menjamin ketersediaan beras dan sejumlah bahan pangan aman.
Dijelaskannya produksi beras nasional naik, tembus 32 juta ton lebih dari total
luas panen 10,61 juta hektar. Menurutnya, kenaikan harga beras bisa jadi akibat
ekosistem atau rantai distribusi. Ia menyarankan Pemda melakukan cadangan (buffer
stock) sendiri. Di sisi lain ia mengakui kedelai, bawang putih, dan daging
kerbau mengalami keterbatasan. Akan tetapi kondisi tersebut telah ditangani
melalui impor. Sementara untuk bawang merah dilakukan melalui distribusi dari
daerah yang surplus ke daerah yang defisit.
Pemantauan terhadap 20 komoditas strategis, selain
beras, sejumlah komoditas seperti cabai rawit, telur ayam ras, bawang merah,
cabai merah diprediksi menyumbang inflasi di bulan November.
Rakornas tersebut diikuti secara virtual
oleh Asisten bidang ekonomi pembangungan, Kapolres, Dandim, BPKAD,
BAPPEDA, Kadis PUPR, Kadis PMD, Kadis Perhubungan, Kadis Sosial, Kadis
Perdagangan dan Kadis Pertanian (np-NH)
Post a Comment