Khutbah Hari Raya Idul Fitri : Hari Kemenangan, Bahagiakan Ibu dan Ayahmu
Ilustrasi Pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri 1445 H photo di ambil di Masjid Al Mujahidin Selong Lombok Timur |
Hari Kemenangan, Bahagiakan Ibu dan Ayahmu
Khutbah : I
Assalamu’alaikum Warahmatullahiwabarakatuh
اللهُ
أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣)
لا إِلهَ
إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وِللهِ الحَمْد
الحمد لله ، وصالة تو ، وصال على رسول الله سيدنا وامولانا محمدبني عبد الله ، وعلا عليه وصحبيهي وامان تابي اهو واواله
اشْهَدُ اَنْ لاَّاِلَهَ اِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدِ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهٖ وَسَلِّمْ
فيا عباد الله،
قَالَ اللهُ تَعَالى فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيم بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
صادق الله عظيم
Kaum Muslimin Wal Muslimat Jama’ah Shalat Hari Raya Idul Fitri yang
dimuliakan allah SWT.
Ketika Tenggelamnya Matahari, di ufuk sebelah barat pada sore hari kemarin. Menandakan
kita telah menyelesaikan perjuangan satu bulan penuh pada bulan suci Ramadhan,
Maka berpisahlah kita dengan bulan yang mulia dan agung yakni Bulan suci
Ramadhan.
Ada rasa sedih berpisah dengan Ramadhan, namun disisi lain ada kegembiraan bahwa kemenangan telah diraih. Namun dalam hati yang paling dalam, tentu kita berkeinginan, bahwa allah memperpanjangkan umur kita bertemu kembali dengan Ramadhan yang akan datang, Semoga kita yang hadir pada hari ini allah berikan umur yang Panjang, memberikan keberkahan kepada hidup kita, agar kita bisa bertemu Kembali dengan Ramadhan di tahun depan. Amin…Amin Ya…Rabbal Alamin.
Kaum Muslimin Wal Muslimat Jama’ah Shalat Hari Raya Idul Fitri
Rahimmakumullah.
Di hari yang mulia dan agung ini, di satu syawal, merupakan hari kemenangan
bagi orang-orang yang berpuasa pada bulan suci Ramadhan. Banyak sekali
orang-orang yang ingin sampai, ingin hidup di hari ini, karena ini adalah hari
yang besar. Banyak sekali orang berdo’a. Ada di antara saudara-saudara kita
yang berdo’a
اَللّٰهُمَّ طَوِّلْ عُمُوْرَنَا
(Ya allah Panjangkanlah Umur Kami Ya allah).
Mereka ingin umurnya sampai pada bulan syawal ini, untuk merayakan kemenangan, bersama sanak keluarga mereka, bahkan di hari raya idul fitri yang besar ini, yang di perantauanpun akan pulang untuk bertemu dan berkumpul dengan sanak keluarga mereka.
Namun apalah sebuah angan-angan, sebuah harapan untuk dapat sampai kepada bulan
syawal ini. Ternyata ada yang jauh lebih cepat dari pada, keinginan dalam do’a
yang dia panjatkan itu. Apa dia.? Itulah Janji yang telah ditetapkan kepada
kita ketika kita berada di-alam Rahim ibu kita. Allah tetapkan Ajal kematian Kita.
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ
“ Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu [537]; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya. (QS.Surat Al-A’raf ayat 34)
Maka di hari yang agung dan mulia ini, beruntunglah diantara kita, yang tahun
ini dapat kembali berkumpul dengan sanak keluarga, di hari ini, di shalat hari
raya idul fitri, kita bisa berangkat bersama-sama mendengarkan khutbah Idul Fitri.
Lalupun kita pulang kerumah. Kita masih dapat bersalam-salaman, Masih dapat kita berpelukan memohon maaf, memohon ampun atas semua khilaf dan salah pada tahun-tahun sebelumnya.
Dihari inipula, Hari raya idul fitri mengingatkan kita, wahai para jamaah sekalian. Hari raya adalah momen dimana kita hendaknya saling bermaaf-maafan antara yang satu dengan yang lainnya.
Bukankah tujuan puasa disebutkan dalam al-qur’an :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS Albaqaroh ayat 183)
Tujuan Akhir daripada puasa itu adalah membentuk
pribadi yang bertakwa. Lalu Bagaimana orang itu dikatakan bertakwa.? Salah satu
ciri orang bertakwa itu, adalah, orang yang mau meminta maaf dan memberikan
maaf kepada orang lain.
Maka dihari ini, Wahai para jama’ah sekalian Shalat Hari raya idul fitri.
Seorang suami, Mintalah maaf kepada istrimu, Seorang istri ambillah tangan
suami mu di hari yang mulia dan baik ini, mohonlah maaf kepada suamimu atas
segala Khilaf dan dosa. Lebih-lebih dihari ini pula, di antara kita yang masih
punya ayah dan masih punya ibu, Maka selesai Shalat Hari raya idul fitri ini,
pulanglah, dan yang pertama kau salami adalah orang tuamu, Orang tua kita.
Jabat tangannya, Cium tangannya. Dulu tangan itu kuat, saat ini tangan itu,
sudah lemah dimakan usia.
Tak ingatkah kita, atau kita pura-pura lupa. Ketika kita masih berada dalam Rahim Ibu, sambil mengelus, perutnya di berdo’a. “Ya allah Jadikanlah anakku ini, anak yang sholeh, Jadikanlah anak ku ini anak yang sukses dan berbahagia dalam hidupnya”.
Lahir kedunia, Ia berjuang bersimbah darah memperjuangkan kelahiran kita. Bertaruh antara hidup dan matinya. Lalu kita lahir kedunia, Ia masih dalam keadaan yang sakit luar biasa. Namun Ia tetap tersenyum menatap wajah kita. Ialah ibu kita. Perjuangannya sangat luar biasa.
Wahai para Jamaah Sekalian, Tak sadarkah kita Ketika kita masih kecil, Ketika kita masih kanak-kanak saat itu, ibu kita yang paling banyak berbohong berdusta untuk kita. Ketika makanan hanya tinggal sedikit, di sat itu ibu kita berbohong. “Nak Makanlah, makanan ini, Ibu sudah kenyang”. Nak Makanlah daging ini, ibu tak suka daging. Nak Makanlah telur yang sudah dimasak ini, Ibu tak suka telur, Begitu pengorbanan seorang ibu. Bahkan Ketika kita masih bayi Nyamuk stu ekorpun tak akan dia biarkan hinggap ditubuh kita.
Masa berputar waktu berjalan, merekapun berubah menjadi tua, dan kita telah berkeluarga. Lalu.? bagaimana sikap kita terhadap ibu kita saat ini. Sudahkah kita membuat dia Bahagia, Sudahkah kita membuat mereka tertawa tersenyum di usia senjanya?
Kalaulah dihari ini, kita masih menyusahkan hidupnya, maka sungguh kita betul-betul telah membuat dirinya tak pernah merasa Bahagia. Namun kalau kita masih belum sanggup kita membuat dia Bahagia diusia Tuanya. Maka setidak-tidaknya jangan kita membuatnya, sengsara di masa tuanya.
Pulang dari shalat hari raya idul fitri ini, Ambil Tanggan ibu kita, cium tangannya selagi dia masih ada. Jika dia sudah tidak ada lagi, Bagaimana disaat itulah nanti engkau akan menyesal – semenyesal-menyesalnya. Kenapa saat ibu ada, Kenapa saat ibu masih ada kau menyia-nyiakannya.
Datang seorang pemuda menemui Rasullullah SAW. Apa Kata Pemuda ini ? “ Ya Rasullullah,
Biarkan, Aku ikut berjihad, berperang, di medan perang ya rasul” Lalu
Rasullullah SAW, bertanya kepada pemuda ini.
“Hallaka min
Ummy”.? Apakah engkau
Masih mempunyai ibu ? Lalu pemuda itu menjawab; Na’am Aku Masih punya
ibu Ya rasullullah.
Lalu apa kata Rasullullah SAW,
فَالْزَمْهَا فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا
“Berbaktilah kepada ibumu (lebih dahulu) karena sungguh ada surga di bawah kedua kakinya”
Padahal pemuda itu berharap Jihad, sebab ia berfikir jihat ini adalaj yang paling tinggi didapatkan prestasi seorang muslim. Ketika Jihad maka dia tidak akan merasakan sakit sakaratul maut. Ketika Jihad dia tidak akan merasakan Azab Kubur. Ketika Jihad di hari kiamat dia tidak akan mendapatkan hisab yang berat. Tetapi Rasul malah mengutamakan merawat seorang ibu. Ataukah kita lupa.? Ataukah Sebagian dari kita pura-pura lupa bahwa ada seorang sahabat rasul bernama “Uwais Al-Qarni. Belau pemuda yang hidup di zaman Rasul namun tidak digelar sebagai sahabat. Apa sebab ? beliau beriman kepada rasul tapi beliau tidak bertemu dengan rasul. Tapi Rasulullah mengatakan kepada para sahabat bahwa nanti akan datang seorang pemuda, yang akan datang menuju ka’bah ini.
Apa kata rasul Ketika pemuda itu datang, Mintakanlah do’anya karena do’anya mustajab dialah Bernama Uwais Alqurni. Ataukah kita Sebagian kita lupa bahwa sesungguhnya ridho allah berada pada ridho kedua orang tua kita. Dan murkanya allah pula berada pada murkanya kedua orang tua kita
رِضَى
اللهِ فِي رِضَى الْوَالِدَيْنِ وَسُخْطُ اللهِ فِي سُخْطِ الْوَالِدَيْنِ
Sesungguhnya
ridho allah berada pada ridho kedua orang tua kita dan murkanya allah pula
berada pada murkanya kedua orang tua kita
Namun diantara kita menganggap itu tidak pernah
ada. Berapa kali kata-kata kita keluar lebih keras kepada mereka. Berapa kali
air matanya telah menetes. Ayah, orang tua kita berjuang tidak tahu panas tidak
tahu hujan mencari nafkah mengais rezeki untuk kehidupan kita.
Wahai para Jama’ah ….!
Dihari yang mulia dan agung ini, mari ambil tangannya, cium tangannya itu, yang
telah berjuang mencari nafkah, tak tahu dia sakit badannya, tak ahu dia dalam
ringkuhan deritanya. Yang dia tahu bagaimana mencarikan riski yang halal. Yang
dia tahu bagaimana anak istrinya dapat makan. Bagaimana anak-anaknya bisa
sekolah bahkan ketika lahir kita baru saja lahir dia sudah berfikir bagaimana
nanti kehidupan kita untuk selanjutnya.
Kaum Muslimin wal muslimat jamaah shalat hari raya idul fitri
rahimakumullah.
Mungkin di antara kita, tak lah seberuntung yang lainnya. Diantara kita sudah ada orang tua kita yang sudah berpulang kerahmatullah. Padahal di hari raya yang terdahulu, mereka masih duduk bersama dengan kita, masih bersenda gurau, Masih kita makan bersama tapi di lebaran kali ini mereka sudah tidak ada lagi, maka di hari yang mulia ini berziarahlah di pusara ke dua orang tua.
Jika ayah mu yang telah tiada, berziarahlah ke makamnya. Jika ibunda yang sudah tiada maka berziarahlah kemakannya, bacakanlah do'a untuk keduanya.
اللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارً
"Ya
allah..!!! Ampunilah dosa kami dan kedua orang tua kami, Serta sayangilah
mereka, sebagaimana mereka menyayangi kami sewaktu kami masih kecil".
Tidak ada harta terbaik bagi orang tua, bagi anak-anaknya yang masih hidup di
dunia, melainkan do'a untuk kedua orang tua kita yang telah tiada. Jangan kita pernah
lupa disetiap sholat lima waktu, do'akanlah keduanya.
Kemudian
di hari raya idul Fitri ini pula. Mari kita saling bermaaf-maafan antara satu
dengan yang lainnya antara kakak dengan adik, antara keluarga, ponakan dengan
paman dengan bibi, antara keluarga yang lainnya. Antara menantu dengan mertua.
Ingatlah wahai para menantu orang mertuamu itu sebenarnya adalah orang tuamu
juga. Jangan pernah engkau beda-bedakan antara orang tua kandung mu dengan
mertuamu. Bagaimana baktimu kepada orang tuamu begitulah engkau berbakti dengan
mertuamu saat ini.
Maka
bermaaf-maafanlah kita, maka sesungguhnya dengan kita bermanfaat-maafan
gugurlah segala dosa-dosa. Maka dikatakan dalam Alquran Surat al-imran ayat 134
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
“Allazi nayunfikuna bissarra iwaddarra, Walkazi minal gaiza, Wal afina aninnas”
Artinya: (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Dan orang yang bermaaf-maafan diantara manusia, dia mau memaafkan, dia maupula meminta maaf.
Jangan menunggu orang lain meminta maaf. Memaaflah kepada orang lain dulu. Minta maaflah, memang susah untuk meminta maaf tapi ganjarannya adalah syurga bagi orang yang mau meninta maaf kepada orang lain dan mau pula memaafkan.
Bagi para jama’ah sekalian yang tidak sempat pulang kekampung halaman, maka telponlah kedua orang tua kita atau saudara kita. Namun jika sempat untuk pulang temuilah kedua orang tua kita, mereka tidak pernah berharap kita memberikan dia harta, namun mereka berharap kita datang menjenguknya. Maka dia sudah senang kepada diri kita.
Ingat pula yang terakhirnya, Janganlah menjadi seperti busur panah yang terepas dari busurnya. Yang tak penah lagi dia tengok busur itu, tak penah lagi dia tengok orang tuanya, tapi jadilah engkau yang hadir pada hari ini seperti pohon pisang, anak pisang mereka berlomba-lomba menopang orang tuanya.
“Aqulu qaulihaza waztagfiruhu, Innahu huwal gafururrohim”
Khutbah II
اللهُ اَكْبَرُ (٣×) اللهُ اَكْبَرُ (٤×) اللهُ اَكْبَرُ كبيرًا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذي وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ الْوَفَا.
أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا
اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Ikuti kami di google news
Post a Comment