Serikat Nelayan Independen Tolak Kebijakan Pemerintah Tentang Pemasangan VMS
Hasan Gauk Ketua Umum Serikat Nelayan Independen |
Nusrapost.com -- Pemasangan Vessel
Monitoring System (VMS) disinyalir akan menambah beban tidak masuk akal
bagi para nelayan kecil yang selama ini telah berjuang untuk bertahan hidup.
Buntut dari itu, Ketua Umum
Serikat Nelayan Independen Hasan Gauk, menyatakan penolakannya terhadap
kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan pemasangan Vessel Monitoring System
(VMS). Menurutnya, kebijakan tersebut semakin memberatkan nelayan kecil yang
sudah berada dalam kondisi ekonomi yang sangat sulit.
"Apakah pemerintah
benar-benar memahami situasi yang dihadapi nelayan kecil? Kebijakan VMS ini
jelas-jelas mengabaikan kenyataan di lapangan, dan kami tidak akan tinggal
diam!" tegas Hasan Gauk dalam pernyataannya Jumat (24/1/2025).
Ia mengungkapkan kekesalan
terkait kebijakan ini yang dirasa sangat tidak berpihak pada nelayan kecil. Dimana,
para Nelayan kecil sudah menghadapi berbagai tantangan, mulai dari fluktuasi
harga pasar hingga sulitnya akses ke peralatan modern. Kini, dengan adanya
sistem pemantauan yang seolah-olah ingin menjamin keamanan.
“kami merasa seperti dikepung
oleh kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat kecil,”jelasnya.
Dampak pemasangan VMS ini, lanjut
pria yang akrab disapa Hasan itu,bahwa bukan hanya soal pengawasan, tetapi juga
berisiko mengancam eksistensi nelayan kecil sebab pemasangan VMS bukan hanya
menambah beban biaya operasional, tetapi juga memberikan kesan bahwa Nelayan harus
selalu diawasi, padahal nelayan hanyalah petani laut yang berjuang untuk nafkah
sehari-hari.
“Jika pemerintah tidak segera
merespons tuntutan kami, tidak menutup kemungkinan akan terjadi penolakan
massal dari seluruh elemen nelayan!" tandasnya.
Selain itu, Hasan juga menyoroti
masalah pembatasan kuota tangkap yang diberlakukan oleh Pemerintah, yang
menurutnya akan sangat merugikan nelayan kecil. Pembatasan ini membuat para
nelayan kesulitan beradaptasi dengan situasi, karena hasil tangkapan mereka
dibatasi, sementara permintaan pasar terus meningkat.
"Kami merasa seperti
ditinggalkan! Di satu sisi, kami dibebani oleh kuota tangkap yang sangat ketat
dan di sisi lain, kami harus menghadapi tingginya PNBP 5% yang diterapkan
kepada nelayan kecil. Kami ingin bertanya, untuk siapa semua ini?" serunya.
"Apakah pemerintah ingin menghancurkan sumber kehidupan kami dan
menggantinya dengan kebijakan yang menguntungkan segelintir orang? Apa jaminan
pasti untuk pasar kami?"
Dalam kesempatan tersebut, Hasan
Gauk menegaskan pentingnya adanya dialog yang konstruktif dan transparansi, terlebih
dalam proses pengambilan keputusan kebijakan. Ia mengajak Pemerintah untuk
lebih mendengarkan suara nelayan dan memahami kenyataan yang ada di lapangan.
"Kami siap untuk berjuang bersama, tetapi kami juga ingin pemerintah menyadari bahwa nelayan kecil adalah bagian penting dari perekonomian bangsa. Kami tidak ingin dilihat sebagai penghalang, tetapi sebagai mitra dalam pengelolaan sumber daya perikanan yang berkelanjutan. Jika Pemerintah tidak mau membawa perubahan, akan ada konsekuensi yang harus dihadapi!" ujar Hasan dengan penuh keyakinan. (np)
Post a Comment